Jumat, 23 Maret 2012


Budaya Handep (Gotong-Royong) Dalam Kehidupan Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah

Oleh:
Anesfeni Detiarsa Yayang


I.            Latar Belakang Permasalahan
Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat seperti sekarang ini, kebersamaan dalam masyarakat semakin sulit untuk diwujudkan. Sikap dan tindakan yang acuh dan tidak peduli terhadap sesame, juga pementingan diri sendiri sepertinya telah menjadi hal yang biasa, dan hal seperti ini dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Masuknya budaya modern dan dampak negatifnya merupakan salah satu faktor penyebab rusaknya kehidupan sosial dalam masyarakat. Kebanyakan orang lebih merasa asyik dengan kehidupannya sendiri dan tidak lagi mempedulikan sesama, akibatnya muncullah berbagai konflik dalam dalam masyarakat yang membuat kerusakan kehidupan sosial sulit untuk dikendalikan lagi.
Semakin pesatnya perkembangan taraf hidup masyarakat seiring dengan perkembangan zaman, semakin sulit juga membangun kebersamaan. Ini merupakan sebuah tantangan bagi kita pada saat ini bagaimana menentukan sikap dan tindakan yang positif dalam rangka membangun kembali rasa dan nilai kebersamaan yang hampir hilang dalam masyarakat. Maka, kita membutuhkan solusi untuk situasi ini. Salah satu solusi yang mungkin dapat membantu kita memperbaiki setidaknya sedikit dari kerusakan kehidupan maupun interaksi sosial dalam masyarakat adalah kembali untuk belajar dari adat-istiadat atau tradisi masalalu yang kadang kita anggap kuno namun sebenarnya sangat penting untuk diingat dan menjadi pedoman hidup. Saya ingin mengajak kita sekalian untuk belajar dari budaya atau tradisi “Handep” dari kehidupan masyarakat Dayak Ngaju.

II.          Sejarah Munculnya Tradisi “Handep”
Dayak di Kalimantan dulu tidak punya bahasa sendiri untuk mengucapkan ‘terima kasih’. Seperti orang jawa misalnya, mereka punya kata untuk mengucapkan terima kasih yaitu “maturnuwun”. Masa sekarang pun orang Dayak sudah bisa mengucapkan kata ‘terima kasih’ karena dipengaruhi budaya lain yang datang dari luar mempengaruhi orang Dayak. Tetapi meski tidak bisa mengucapkannya, orang Dayak punya cara yang unik untuk mengungkapkan rasa ‘terima kasih’ yaitu melalui budaya “Handep” (gotong royong). Dalam kehidupan masyarakat Kalimantan, terutama suku Dayak Ngaju budaya ‘handep’ sudah sejak lama menjadi tradisi, hingga saat ini tradisi tersebut sudah menjadi hal yang tidak asing lagi bagi masyarakat suku Dayak. Dan hal itu pun telah menjadi ciri khas yang terkesan unik dalam kehidupan suku Dayak.

III.        Tujuan Pelaksanaan “Handep”
Tujuan “Handep” sebenarnya adalah cara seseorang atau kelompok dalam masyarakat untuk mengucapkan rasa terima kasih dan menunjukkan bentuk tanggungjawab sosial seseorang atau kelompok dalam masyarakat terhadap sesama manusia.

IV.         Ruang Lingkup Pelaksanaan “Handep”
Tradisi ‘handep’ diterapkan di berbagai tempat dan situasi, di kalangan masyarakat Dayak di Kalimantan. Seperti ketika mengadakan upacara pernikahan, membangun rumah, manugal (menanam padi di ladang), sampai kepada upacara-upacara keagamaan. Saat sebuah keluarga mengadakan upacara pernikahan dalam hal menjamu tamu yang akan datang mereka tidak memerlukan layanan catering (memesan makanan dari luar), yang mereka lakukan adalah bergotong royong memasak, para tetangga tidak akan tinggal diam terutama ibu-ibu bahkan bapak-bapak juga ambil bagian di dalamnya dengan alasan ‘mandep’, dan merekalah yang membantu agar upacara pernikahan tersebut menjadi sukses terlaksana. Ketika tetangga yang lainnya lagi mengadakan upacara pernikahan, keluarga yang sebelumnya yang lebih dulu mengadakan upacara pernikahan dan telah dibantu oleh tetangganya ini memiliki kewajiban untuk membayar ‘handep’ sebagai ucapan terima kasih karena ia telah dibantu sebelumnya. Demikian juga halnya dalam upacara atau kegiatan yang lainnya seperti manugal, membangun rumah bahkan upacara-upacara keagamaan yang diadakan masyarakat suku Dayak Kalimantan, budaya ‘handep’ tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mereka tersebut.
Di Kalimantan Tengah realitas tradisi ‘handep’ bukan hanya terjadi dalam kegiatan keagamaan Kristen, tetapi juga terjadi di kegiatan keagamaan Muslim maupun kegiatan keagamaan Kaharingan. Ini dapat dilihat dari kegiatan perayaan hari besarnya. Tanggal 25 Desember merupakan perayaan natal umum bagi orang Kristen disini ada kegiatan saling mengunjungi, dan yang datang mengunjungi bukan hanya sesama orang Kristen tetapi ada kerabat yang Muslim dan Kaharingan yang mengunjungi umat Kristen, demikian pula halnya bila tiba saatnya hari raya besar agama Muslim tejadi juga kegiatan saling mengunjungi. Atau dalam upacara keagamaan Kaharingan, kalau kita melihat realitas yang terjadi di masyarakat bahwa yang ikut berpartisipasi tidak hanya sesama Kaharingan, yang hadir juga ada agama Kristen dan agama Muslim, meski mungkin hanya sekedar menghadiri saja, atau malah tidak segan-segan untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan. Ini menunjukkan adanya realitas budaya ‘handep’ yang diterapkan masyarakat dalam berbagai kegiatan keagamaan yang mereka lakukan terutama masyarakat suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah.

V.          Kendala Dalam Pelaksanaan “Handep”
Bagi masyarakat pedesaan tidak ada kendala yang serius untuk menerapkan budaya “Handep”, karena ruang lingkup masyarakatnya tidak begitu besar dan luas. Tetapi di daerah yang sudah mapan dan berkembang, budaya “Handep” agak sulit untuk diterapkan apalagi di ruang lingkup masyarakat perkotaan. Kendala ini muncul akibat meningkatnya taraf perkembangan gaya hidup dan juga sistem perekonomian dalam masyarakat. Contohnya dengan adanya layanan catering, masyarakat dapat memesan makanan dari luar, dan merasa tidak perlu atau tidak punya waktu untuk melaksanakan kegiatan “Handep”.

VI.        Manfaat dan Nilai Positif “Handep”
Tradisi ‘handep’ bagi masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah sangat penting, kegiatan ini tidak hanya mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan tertentu saja seperti upacara pernikahan, membangun rumah, manugal (menanam padi di ladang). Seperti yang saya katakan sebelumnya kegiatan ‘handep’ ini juga mempengaruhi kegiatan-kegiatan keagamaan dalam masyarakat. Apabila seorang atau sebuah keluarga dalam Masyarakat telah mengadakan acara pesta atau syukuran di rumahnya, ada banyak tetangga dan keluarga yang datang baik yang dekat maupun yang jauh dengan dengan alasan ‘mandep’ dan itu artinya keluarga tersebut punya kewajiban untuk membayar ‘handep’. Apabila tetangga atau kerabat mereka yang datang ini nantinya mengadakan acara pesta atau syukuran juga, keluarga ini punya kewajiban untuk datang menghadirinya, meski tidak dipaksa untuk harus datang, tetapi berdasarkan konsep ‘handep’ dalam kepribadiannya keluarga ini akan merasa punya kewajiban untuk datang untuk membayar ‘handep’.
Sebenarnya ada banyak makna dan nilai positif yang bisa dilihat dan diambil sebagai pelajaran dari budaya ‘handep’ oleh masyarakat suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Pertama-tama dampak positif budaya ‘handep’ mencerminkan kebersamaan dan rasa persaudaraan yang terjalin erat diantara masyarakat suku Dayak Ngaju di Kalimantan. Kalau bagi umat Kristen, itulah salah satu wujud dari ‘kasih’ dan keperdulian terhadap sesama. Selanjutnya menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri individu dalam masyarakat atas budaya ‘handep’. Ada bentuk tenggang rasa antar-umat beragama yang dimunculkan dari budaya ‘handep’.
Dalam kehidupan orang Dayak di Kalimantan Tengah, Khususnya Dayak Ngaju konsep “Handep” atau “Gotong-royong” tidak hanya menarik tetapi juga sangat baik dalam rangka membangun sebuah intraksi sosial yang positif dalam bentuk kerjasama yang bersifat membangun dalam rangka membentuk kebersamaan yang positif dalam masyarakat. Budaya seperti ini sudah terbilang langka dan hanya sedikit orang yang dapat menyadari manfaat positifnya, apalagi bagi masyarakat perkotaan, budaya seperti ini hampir tidak dikenal lagi.


VII.      Kesimpulan
Budaya ‘Handep’ bukan hanya menjadi tradisi biasa dalam masyarakat tetapi juga menjadi konsep penting dalam kepribadian masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, dimana mereka merasa ada yang kurang bahkan ada perasaan bersalah apabila tidak ikut ambil bagian dalam ‘handep’ dan membayar ‘handep’. Ini menandakan bahwa ‘handep’ bukan hanya konsep yang umum dalam masyarakat tetapi juga menjadi konsep yang melekat dalam kepribadian individu dalam masyarakat.
Bagi masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah mari senantiasa menerapkan budaya ‘handep’ dan belajar dari realitas tersebut dalam rangka saling memberi motivasi, kerjasama yang positif, memperkaya pengetahuan, menanamkan dan memperteguh rasa tanggung jawab dalam hidup bermasyarakat.
Hal yang dapat menjadi pembelajaran penting dari budaya “Handep” bagi kita sekalian adalah rasa tanggung jawab untuk saling tolong-menolong antar sesama manusia, karena dari hal tersebut kita punya kesempatan untuk tetap bisa menjaga nilai-nilai kebersamaan yang positif dalam sebuah interaksi sosial baik dalam ruang lingkup masyarakat yang kecil maupun dalam ruang lingkup masyarakat yang luas.