Budaya
Handep (Gotong-Royong) Dalam Kehidupan Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan
Tengah
Oleh:
Anesfeni
Detiarsa Yayang
I.
Latar
Belakang Permasalahan
Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat seperti sekarang
ini, kebersamaan dalam masyarakat semakin sulit untuk diwujudkan. Sikap dan
tindakan yang acuh dan tidak peduli terhadap sesame, juga pementingan diri
sendiri sepertinya telah menjadi hal yang biasa, dan hal seperti ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Masuknya
budaya modern dan dampak negatifnya merupakan salah satu faktor penyebab
rusaknya kehidupan sosial dalam masyarakat. Kebanyakan orang lebih merasa asyik
dengan kehidupannya sendiri dan tidak lagi mempedulikan sesama, akibatnya
muncullah berbagai konflik dalam dalam masyarakat yang membuat kerusakan
kehidupan sosial sulit untuk dikendalikan lagi.
Semakin pesatnya perkembangan taraf hidup masyarakat seiring
dengan perkembangan zaman, semakin sulit juga membangun kebersamaan. Ini
merupakan sebuah tantangan bagi kita pada saat ini bagaimana menentukan sikap
dan tindakan yang positif dalam rangka membangun kembali rasa dan nilai
kebersamaan yang hampir hilang dalam masyarakat. Maka, kita membutuhkan solusi
untuk situasi ini. Salah satu solusi yang mungkin dapat membantu kita
memperbaiki setidaknya sedikit dari kerusakan kehidupan maupun interaksi sosial
dalam masyarakat adalah kembali untuk belajar dari adat-istiadat atau tradisi
masalalu yang kadang kita anggap kuno namun sebenarnya sangat penting untuk diingat
dan menjadi pedoman hidup. Saya ingin mengajak kita sekalian untuk belajar dari
budaya atau tradisi “Handep” dari kehidupan masyarakat Dayak Ngaju.
II.
Sejarah
Munculnya Tradisi “Handep”
Dayak di Kalimantan dulu tidak punya bahasa sendiri untuk
mengucapkan ‘terima kasih’. Seperti orang jawa misalnya, mereka punya kata
untuk mengucapkan terima kasih yaitu “maturnuwun”. Masa sekarang pun orang
Dayak sudah bisa mengucapkan kata ‘terima kasih’ karena dipengaruhi budaya lain
yang datang dari luar mempengaruhi orang Dayak. Tetapi meski tidak bisa
mengucapkannya, orang Dayak punya cara yang unik untuk mengungkapkan rasa
‘terima kasih’ yaitu melalui budaya “Handep” (gotong royong). Dalam kehidupan
masyarakat Kalimantan, terutama suku Dayak Ngaju budaya ‘handep’ sudah sejak
lama menjadi tradisi, hingga saat ini tradisi tersebut sudah menjadi hal yang
tidak asing lagi bagi masyarakat suku Dayak. Dan hal itu pun telah menjadi ciri
khas yang terkesan unik dalam kehidupan suku Dayak.
III.
Tujuan
Pelaksanaan “Handep”
Tujuan “Handep” sebenarnya adalah cara seseorang atau kelompok
dalam masyarakat untuk mengucapkan rasa terima kasih dan menunjukkan bentuk
tanggungjawab sosial seseorang atau kelompok dalam masyarakat terhadap sesama
manusia.
IV.
Ruang Lingkup Pelaksanaan “Handep”
Tradisi ‘handep’ diterapkan di berbagai tempat dan situasi, di
kalangan masyarakat Dayak di Kalimantan. Seperti ketika mengadakan upacara
pernikahan, membangun rumah, manugal (menanam padi di ladang), sampai kepada
upacara-upacara keagamaan. Saat sebuah keluarga mengadakan upacara pernikahan
dalam hal menjamu tamu yang akan datang mereka tidak memerlukan layanan catering (memesan makanan dari luar),
yang mereka lakukan adalah bergotong royong memasak, para tetangga tidak akan
tinggal diam terutama ibu-ibu bahkan bapak-bapak juga ambil bagian di dalamnya
dengan alasan ‘mandep’, dan merekalah yang membantu agar upacara pernikahan
tersebut menjadi sukses terlaksana. Ketika tetangga yang lainnya lagi
mengadakan upacara pernikahan, keluarga yang sebelumnya yang lebih dulu
mengadakan upacara pernikahan dan telah dibantu oleh tetangganya ini memiliki
kewajiban untuk membayar ‘handep’ sebagai ucapan terima kasih karena ia telah
dibantu sebelumnya. Demikian juga halnya dalam upacara atau kegiatan yang
lainnya seperti manugal, membangun rumah bahkan upacara-upacara keagamaan yang
diadakan masyarakat suku Dayak Kalimantan, budaya ‘handep’ tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan mereka tersebut.
Di Kalimantan Tengah realitas tradisi ‘handep’ bukan hanya
terjadi dalam kegiatan keagamaan Kristen, tetapi juga terjadi di kegiatan
keagamaan Muslim maupun kegiatan keagamaan Kaharingan. Ini dapat dilihat dari
kegiatan perayaan hari besarnya. Tanggal 25 Desember merupakan perayaan natal
umum bagi orang Kristen disini ada kegiatan saling mengunjungi, dan yang datang
mengunjungi bukan hanya sesama orang Kristen tetapi ada kerabat yang Muslim dan
Kaharingan yang mengunjungi umat Kristen, demikian pula halnya bila tiba
saatnya hari raya besar agama Muslim tejadi juga kegiatan saling mengunjungi.
Atau dalam upacara keagamaan Kaharingan, kalau kita melihat realitas yang
terjadi di masyarakat bahwa yang ikut berpartisipasi tidak hanya sesama
Kaharingan, yang hadir juga ada agama Kristen dan agama Muslim, meski mungkin
hanya sekedar menghadiri saja, atau malah tidak segan-segan untuk ikut ambil
bagian dalam kegiatan. Ini menunjukkan adanya realitas budaya ‘handep’ yang
diterapkan masyarakat dalam berbagai kegiatan keagamaan yang mereka lakukan
terutama masyarakat suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah.
V.
Kendala
Dalam Pelaksanaan “Handep”
Bagi masyarakat pedesaan tidak ada kendala yang serius untuk
menerapkan budaya “Handep”, karena ruang lingkup masyarakatnya tidak begitu
besar dan luas. Tetapi di daerah yang sudah mapan dan berkembang, budaya
“Handep” agak sulit untuk diterapkan apalagi di ruang lingkup masyarakat
perkotaan. Kendala ini muncul akibat meningkatnya taraf perkembangan gaya hidup
dan juga sistem perekonomian dalam masyarakat. Contohnya dengan adanya layanan catering, masyarakat dapat memesan
makanan dari luar, dan merasa tidak perlu atau tidak punya waktu untuk
melaksanakan kegiatan “Handep”.
VI.
Manfaat
dan Nilai Positif “Handep”
Tradisi ‘handep’ bagi masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah
sangat penting, kegiatan ini tidak hanya mempengaruhi kehidupan masyarakat
dalam kegiatan-kegiatan tertentu saja seperti upacara pernikahan, membangun
rumah, manugal (menanam padi di ladang). Seperti yang saya katakan sebelumnya
kegiatan ‘handep’ ini juga mempengaruhi kegiatan-kegiatan keagamaan dalam
masyarakat. Apabila seorang atau sebuah keluarga dalam Masyarakat telah
mengadakan acara pesta atau syukuran di rumahnya, ada banyak tetangga dan
keluarga yang datang baik yang dekat maupun yang jauh dengan dengan alasan
‘mandep’ dan itu artinya keluarga tersebut punya kewajiban untuk membayar
‘handep’. Apabila tetangga atau kerabat mereka yang datang ini nantinya
mengadakan acara pesta atau syukuran juga, keluarga ini punya kewajiban untuk
datang menghadirinya, meski tidak dipaksa untuk harus datang, tetapi
berdasarkan konsep ‘handep’ dalam kepribadiannya keluarga ini akan merasa punya
kewajiban untuk datang untuk membayar ‘handep’.
Sebenarnya ada banyak makna dan nilai positif yang bisa dilihat
dan diambil sebagai pelajaran dari budaya ‘handep’ oleh masyarakat suku Dayak Ngaju
di Kalimantan Tengah. Pertama-tama dampak positif budaya ‘handep’ mencerminkan
kebersamaan dan rasa persaudaraan yang terjalin erat diantara masyarakat suku
Dayak Ngaju di Kalimantan. Kalau bagi umat Kristen, itulah salah satu wujud
dari ‘kasih’ dan keperdulian terhadap sesama. Selanjutnya menumbuhkan rasa
tanggung jawab dalam diri individu dalam masyarakat atas budaya ‘handep’. Ada
bentuk tenggang rasa antar-umat beragama yang dimunculkan dari budaya ‘handep’.
Dalam kehidupan orang Dayak di
Kalimantan Tengah, Khususnya Dayak Ngaju konsep “Handep” atau “Gotong-royong” tidak hanya menarik tetapi juga sangat baik dalam rangka
membangun sebuah intraksi sosial yang positif dalam bentuk kerjasama yang
bersifat membangun dalam rangka membentuk kebersamaan yang positif dalam
masyarakat. Budaya seperti ini sudah terbilang langka dan hanya sedikit orang
yang dapat menyadari manfaat positifnya, apalagi bagi masyarakat perkotaan,
budaya seperti ini hampir tidak dikenal lagi.
VII. Kesimpulan
Budaya ‘Handep’ bukan hanya menjadi tradisi biasa dalam
masyarakat tetapi juga menjadi konsep penting dalam kepribadian masyarakat
Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, dimana mereka merasa ada yang kurang bahkan
ada perasaan bersalah apabila tidak ikut ambil bagian dalam ‘handep’ dan
membayar ‘handep’. Ini menandakan bahwa ‘handep’ bukan hanya konsep yang umum
dalam masyarakat tetapi juga menjadi konsep yang melekat dalam kepribadian
individu dalam masyarakat.
Bagi masyarakat Dayak
Ngaju di Kalimantan Tengah mari senantiasa menerapkan budaya ‘handep’ dan
belajar dari realitas tersebut dalam rangka saling memberi motivasi, kerjasama
yang positif, memperkaya pengetahuan, menanamkan dan memperteguh rasa tanggung
jawab dalam hidup bermasyarakat.
Hal yang dapat menjadi
pembelajaran penting dari budaya “Handep” bagi kita sekalian adalah rasa
tanggung jawab untuk saling tolong-menolong antar sesama manusia, karena dari
hal tersebut kita punya kesempatan untuk tetap bisa menjaga nilai-nilai
kebersamaan yang positif dalam sebuah interaksi sosial baik dalam ruang lingkup
masyarakat yang kecil maupun dalam ruang lingkup masyarakat yang luas.